Pages

Kamis, 07 April 2011

trik cepat mencari file


Pada saat disibukkan pekerjaan kemudian kita terbentur pada file yang sangat kita butuhkan, sementara untu mencari file yang tersimpan di hardisk sangatlah sulit karena ukuran hardisk saat ini sangat luar bisa...! 350 GB 400 GB bahkan bisa lebih.. bisa dibayangkan berapa banyak file yang tersimpan pada hardisk tersebut.. 
untuk memudahkan kita mencari file tersebut.. jangan bingung sob .. udah ah janga banyak basa basi langsung aja gan...

Aplikasi yang dibutuhkan : Everythings  333Kb, langsung download ya
Setelah aplikasi selesai di download, langsung di instal. Setelah di instal, akan muncul icon   Klik double icon tersebut, maka mucul tampilan berikut 
1.                             Silahkan ketikkan file yang rekan-rekan cari pada field yang di sediakan, ( saat pertama kali program dijalankan, program akan mendata data yang ada di hardisk, jadi tunggu beberapa detik )
2.                             Saat rekan-rekan mengetikkan nama file, aplikasi ini akan secepat kilat menemukan file yang kita maksud
3.                             Beres deh, ga perlu waktu bermenit-menit buat nyari satu file
Gampang bukan? Slamat mencoba.
Note :
” Saat menginstal, ada baiknya antivirus di diseble telebih dahulu, karena beberapa anti virus (spt smadav Rev 8.1 ) menganggap aplikasi ini virus”

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING)

I. PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Salah satu diantara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata hasil belajar. Masalah lainnya yang berkenaan dengan proses pembelajaran adalah pendekatan yang masih terlalu didominasi peran guru (teacher center). Guru lebih banyak menempatkan siswa sebagai obyek dan bukan sebagai subyek didik. Pendidikan kita kurang memberikan kesempatan pada siswa dalam berbagai mata pelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, objektif, dan logis. Belum memanfaatkan quantum learning sebagai salah satu paradigma menarik dalam pembelajaran, serta kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual.

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjukkan kepada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai penerima pelajaran (siswa), sedangkan mengajar menunjukkan kepada apa yang harus dilakukan oleh seorang guru yang menjadi pengajar. Jadi belajar mengajar merupakan proses interaksi antara guru dan siswa pada saat proses pengajaran. Proses pengajaran akan berhasil selain ditentukan oleh kemampuan


guru dalam menentukan metode dan alat yang digunakan dalam pengajaran, juga ditentukan oleh minat belajar siswa.

Rendahnya hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat dikarenakan guru dalam menyampaikan kurang menarik perhatian siswa dan pada umumnya guru terlalu cepat dalam menyampaikan materi pelajaran.. Sehingga siswa dalam memahami dan menguasai materi masih kurang, yang ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh siswa cenderung rendah. Berdasarkan identifikasi terhadap masalah yang ditemukan di kelas terdapat beberapa kelemahan belajar matematika di kelas V SD N 2 Talangpadang adalah (1) siswa tidak mampu menguasai hubungan antar konsep, (2) siswa kurang memperhatikan materi yang diberikan guru, (3) siswa kurang dalam mengerjakan latihan-latihan soal, (4) siswa malu bertanya tentang materi yang belum dimengerti.

Masalah-masalah di atas merupakan masalah-masalah yang berkaitan  dengan proses pembelajaran yang dilakukan guru. Terutama pada pelajaran matematika, mengingat pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dan memerlukan logika berpikir yang tinggi.

Berdasarkan pengamatan yang dilaksanakan guru matematika SD N 2 Talangpadang pada tahun pelajaran 2010/2011 pada materi pokok operasi hitung bilangan bulat, siswa mengalami kesulitan terhadap pemahaman materi tersebut. Hal ini terbukti dengan rendahnya hasil ulangan harian pada tabel dibawah ini :

Tabel 1 Rata-rata nilai matematika pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat siswa kelas V SD Negeri 2 Talangpadang Tahun Pelajaran 2010/2011
Nilai
Jumlah siswa
Persentase (%)
< 60
15
88,24 %
≥60
2
11,76%
Jumlah
17
100%
KKM : 60

Dari data diatas dapat dilihat siswa yang memenuhi KKM hanya beberapa siswa yaitu diatas 60,00 sebesar 11,76%. Sementara itu Kreteria Kentuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran matematika adalah 60. Harapan guru menginginkan nilai yang memuaskan dengan target semua siswa dapat menyelesaikan dan memenuhi standar ketuntasan minimal mata pelajaran Matematika, oleh karena itu guru harus berusaha agar harapan dapat terwujud.

Dalam rangka mewujudkan harapan itu maka perlu dilakukan upaya secara terpadu dengan melakukan beberapa pendekatan teknik dan metode yang dianggap tepat, dalam penelitian ini penulis mencoba menerapkan Pendekatan pembelajaran tuntas dalam upaya peningkatan hasil belajar pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat siswa kelas V SD Negeri 2 Talangpadang semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “ Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui pendekatan belajar Tuntas (Mastery Learning) pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat”.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan masalah yang penulis kemukakan adalah
“Apakah dengan menggunakan pendekatan belajar tuntas (mastery learning) pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 2 Talangpadang Tahun Pelajaran 2011/2012”

C.    Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V Semester Genap SD Negeri 2 Talangpadang Kecamatan Talangpadang Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012.
2.      Pendekatan belajar tuntas (mastery learning) merupakan suatu pendekatan kepada peserta didik untuk mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari
3.      Hasil belajar pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat adalah hasil nilai tes yang dicapai siswa setelah mengikuti pelajaran dengan menggunakan pendekatan elajar tuntas (Mastery learning) dilihat dari tes yang diberikan setelah proses pembelajaran berlangsung.
4.      Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012.
5.      Tempat pelaksanaan penelitian adalah SD Negeri 2 Talangpadang Kecamatan Talangpadang Kabupaten Tanggamus.

D.    Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1.      Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah “untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD. N 2 Talangpadang tahun pelajaran 2011/2012 melalui pendekatan belajar tuntas (Mastery Learning) pada pokok bahasan Operasi hitung bilangan bulat.

2.      Manfaat Penelitian
a.       Bagi guru
Sebagai bahan masukan mengetahui Pendekatan Belajar Tuntas (Mastery Learning) sebagai salah satu upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
b.      Bagi siswa
Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah dapat meningkatkan hasil   belajar siswa dan memberikan pengetahuan baru kepada siswa bagaimana cara belajar yang lebih baik dan dapat mengembangkan kemampuan berfikir untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
c.       Bagi sekolah
Manfaat penelitian ini bagi sekolah adalah meningkatkan mutu      pendidikan matematika yang terdapat di SD N 2 Talangpadang tentang pendekatan matematika yang berkaitan dengan hasil belajar siswa.



II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

B.     Tinjauan Pustaka
  1. Belajar dan Hasil Belajar
a.       Belajar
Sebelum mendefinisikan tentang hasil belajar siswa, ada baiknya terlebih dahulu penulis paparkan tentang definisi belajar. Menurut pandangan awam belajar adalah kegiatan seseorang yang tampak dalam wujud duduk di kelas, mendengarkan guru yang sedang menerangkan, menghafal/ mengerjakan kembali apa yang telah di peroleh di sekolah. Mereka memandang belajar adalah semata-semata mengumpulkan/ menghafalkan fakta-fakta yang terjadi dalam materi pelajaran.

Menurut slameto (2010: 2)  belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya..

Menurut Witherington seperti yang dikutip oleh Aunurrahman (2009:35) menyebutkan bahwa belajar adalah perubahan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian.


Selanjutnya menurut Oemar Hamalik (2007:28), belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya.

Menurut teori kognitif seperti yang diungkapkan oleh Asri Budiningsih. (2005:48) bahwa Belajar sebagai suatu aktifitas yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi preseptual, dan proses internal.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu usaha seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan meliputi perubahan aspek kognitif, afektif dan psikomotor, dan perubahan itu diperoleh dari latihan atau pengalaman dari lingkungan.

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu.

Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku. Dalam hal ini, Oemar Hamalik (2007:30) mengemukakan bahwa bukti seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsur unsur subjektif dan motoris. Unsur subjektif adalah unsur unsur rohaniah sedangkan unsur motoris adalah unsur jasmaniah.

Perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk : Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan sebagainya.

Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah.

Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran.

Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan vertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.

Kecakapan motorik ; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.

b.      Hasil Belajar
Setiap kegiatan belajar siswa tentu memiliki tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Untuk mengetahui tujuan pembelajaran dapat di lihat dari hasil belajar siswa.

Hasil belajar belajar biasanya digunakan untuk menunjukkan suatu pencapaian atau keberhasilan dalam tujuan yang di butuhkan suatu rencana strategi. rencana tersebut adalah suatu proses bukan diperoleh secara tiba- tiba,  tetapi memerlukan kerja yang giat. Untuk lebih jelasnya diperlukan keterangan dan ahlinya, maka disini ada beberapa keterangan dari beberapa ahli diantaranya :

E Mulyasa (2008:212), menyatakan bahwa hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dasar dan ferajat perubahan perilaku yang bersangkutan.

Menurut Aunurrahman (2009:37) hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku.

Menurut E Mulyasa (2008:212) hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dasar dan derajat perubahan prilaku yang bersangkutan.

Dari beberapa pengertian diatas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pengertian hasil belajar yaitu hasil usaha yang dicapai dari usaha yang maksimal yang dikerjakan seseorang setelah mengalami proses belajar mengajar atau setelah mengalami proses interaksi dengan lingkungannya guna memperoleh ilmu pengetahuan dan akan menimbulkan perubahan tingkah laku yang bersifat relative menetap dan tahan lama.

  1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara global, faktor – faktor hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni :
1.      Faktor internal ( dari dalam individu siswa)
a)    Faktor jasmaniah yang terdiri dari:
1)      Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian–bagiannya bebas dari penyakit. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing dan badannya lemah, agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin.
2)      Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan, misalnya buta, tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain.
b). Faktor psikologis
Yang termasuk dalam faktor ini antara lain :
1)      Intelegensi
Menurut Wechler seperti yang dikutip oleh Dimyati (2006:245) inteligensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berfikir secara baik, dan bergaul dengan lingkunagan secara efesien.

Menurut Slamento (2010:560) intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/ menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

Siswa yang belajar seringkali  menghadapi situasi-situasi baru serta permasalahan. Hal tersebut memerlukan kemampuan/ kecakapan individu siswa untuk menyesuaikan diri serta memecahkan setiap permasalan yang akan di hadapi. Bila siswa tidak dapat menggunakan intelegensinya denga baik maka pencapaian hasil belajar akan terpenuhi. Oleh sebab itu intelegensi sangat berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar.
2)      Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relative tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya baik secara positif maupun negatif.
3)      Bakat (aptitude), bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar. Karena bakat merupakan kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Oleh sebab itu siapaun tidak dapat memaksakan kehendaknya terhadap orang lain.
4)      Minat (interest) siswa yakni kegairahan dan kecenderungan siswa yang tinggi atau kenginan yang besar terhadap sesuatu. Jika siswa tidak memiliki minat dalam belajar maka untuk mencapai pemahaman terhadap materi pelajaran sangat sulit. Untuk itu minat termasuk dalam faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
5)      Motivasi adalah keadan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi dapat di bedakan menjadi dua: motivasi instrinsik ialah hal dan keadan berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tidakan belajar. Yang kedua motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.

2.      Faktor eksternal (dari luar individu siswa)
Faktor eksternal siswa terdiri dari dua macam yakni :
a)    Faktor non sosial
Adapun faktor non sosial adalah berupa lingkungan alam, seperti suhu, udara, keadaan cuaca, dan sebagainya. Termasuk juga alat – alat pelajaran / media belajar seperti alat – alat belajar, gedung sekolah dan lain – lain yang mana faktor ini sangat berpengaruh pada tingkat hasil belajar siswa.

b)   Faktor sosial
Faktor sosial adalah faktor manusia yang berhubungan manusia dengan manusia yang dalam hal ini termasuk lingkungan hidup dimana anak berbeda satu dengan yang lain. Yang termasuk faktor ini  antara lain:
1)      Faktor lingkungan keluarga
2)      Faktor lingkungan sekolah
3)      Faktor lingkungan masyarakat

Dukungan moral dalam masyarakat berarti untuk menghindari hal–hal yang menghambat keberhasilan proses belajar misalnya : kerukun ananatar warga,  keadaan atau kebiasaan warga yang bersifat positif, kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat, dan lain lain. Dukungan materiil masyarakat yang berupa materi untuk pembangunan gedung sekolah, penyediaan fasilitas – fasilitas atau sarana sarana tambahan misalnya pembangunan lapangan olah raga, pembangunan tempat ibadah dan lain–lain. Erat hubungan sekolah dari masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan disekolah dan memberi semangat kepada siswa untuk giat belajar.


3.    Pendekatan Proses Belajar Mengajar
a.       Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang memiliki beberapa arti di anataranya diartikan dengan ’pendekatan’. Di dalam dunia pengajaran, kata approach lebih tepat diartikan a way of beginning something ‘cara memulai sesuai’. Karena itu, istilah pendekatan dapat diartikan cara memulai pembelajaran

Dalam pengertian yang lebih luas, pendekatan mengacu kepada seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar. Pendekatan merupakan titik tolak dalam memandang sesuatu, suatu  filsafat atau keyakinan yang tidak selalu mudah membuktikannya. Jadi, pendekatan bersifat aksiomatis. Aksiomatis artinya bahwa kebenaran kebenaran teori-teori yang digunakan tidak dipersoalkan lagi. Pendekatan pembelajaran (teaching approach) adalah suatu ancangan atau kebijaksanaan dalam memulai serta melaksanakan pengajaran suatu bidang studi/mata pelajaran yang memberi arah dan corak kepada metode pengajarannya dan didasarkan pada asumsi yang berkaitan.

Fungsi pendekatan bagi suatu pengajaran adalah sebagai pedoman umum dan langsung bagi langkah-Iangkah metode pengajaran yang akan digunakan. Sering dikatakan bahwa pendekatan melahirkan metode. Artinya, metode suatu bidang studi, ditentukan oleh pendekatan yang digunakan. Di samping itu, tidak jarang nama metode pembelajaran diambil dari nama pendekatannya. Sebagai contoh dalam pengajaran bahasa. Pendekatan SAS melahirkan metode SAS. Pendekatan langsung melahirkan metode langsung. Pendekatan komunikatif melahirkar metode komuniatif

Bila prinsip lahir dari teori-teori bidang-bidang yang relevan,  pendekatan lahir dari asumsi terhadap bidang-bidang yang relevan pula. Misalnya, pendekatan pengajaran bahasa lahir dari asumsi-asumsi yang muncul terhadap bahasa sebagai bahan ajar, asumsi terhadap apa yang dimaksud dengan belajar, dan asumsi terhadap apa yang dimaksud dengan mengajar. Berdasarkan asumsi-asumsi itulah kemudian muncul pendekatan pengajaran yang dianggap cocok bagi asumsi-asumsi tersebut. Asumsi terhadap bahasa sebagai alat komunikasi dan bahwa belajar bahasa yang utama adalah melalui komunikasi, lahirlah pendekatan komunikatif.

b.      Jenis-Jenis Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan, seperti halnya prinsip, dibedakan menjadi 2, yaitu pendekatan umum dan pendekatan husus.
1)      Pendekatan Umum yaitu pendekatan yang berlaku bagi semua bidang studi di suatu sekolah program. Contoh pendekatan umum yang ditetapkan kurikulum antara lain:
a)      Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) Pengajaran ini mengutamakan keaktifan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.
b)      Pendekatan Keterampilan Proses Pengajaran ini tidak hanya ditujukan untuk penguasaan tujuan, tetapi juga penguasaan keterampilan untuk mencapai tujuan tersebut (keterampilan proses).
c)      Pendekatan Spiral Pendekatan ini  mengatur pengembangan materi yang dimulai dengan jumlah kecil yang terus meningkat. Dengan kata lain, dari materi dasar berkembang terus hingga materi lanjut.
d)     Pendekatan Tujuan Pengajarannya dimulai dengan penetapan tujuan, terutama tujuan-tujuan operasional. Berdasarkan tujuan-tujuan itulah ditentukan bahan, metode, teknik, dan sebagainya.

2)      Pendekatan khusus, yaitu pendekatan yang berlaku untuk bidang studi tertentu, misalnya pendekatan khusus pembelajaran bahasa Indonesia. Beberapa contoh pendekatan khusus yang pernah digunakan dalam pembelajaran bahasa misalnya:
a)   Pendekatan komunikatif,
b)   Pendekatan struktural,
c)   Pendekatan iisan (oral),
d)  Pendekatan langsung,
e)   Pendekatan tak langsung,
f)    Pendekatan alamiah.

Ada beberapa macam pendekatan pembelajaran yang digunakan pada kegiatan belajar mengajar, antara lain :
C.     Pendekatan Kontekstual
Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip membelajarkan – memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa (http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/).

D.    Pendekatan Konstruktivisme
Kontruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual. Yaitu bahwa pendekatan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Suwarna (2005:25).

kelebihan teori konstruktivisme ialah pelajar berpeluang membina pengetahuan secara aktif melalui proses saling pengaruh antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru. Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru. Perkaitan ini dibina sendiri oleh pelajar.

E.     Pendekatan Deduktif – Induktif
a)      Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya dan konsep dasarnya. Suwarna (2005:26).

b)      Pendekatan Induktif
Ciri uatama pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah menggunakan data untuk membangun konsep atau untuk memperoleh pengertian. Data yang digunakan mungkin merupakan data primer atau dapat pula berupa kasus-kasus nyata yang terjadi dilingkungan.

F.      Pendekatan Konsep dan Proses
a)      Pendekatan Konsep
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi fokus. Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk memahami konsep. (http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan -metode-pembelajaran/).

b)      Pendekatan Proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar. http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/).

G.    Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat
Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat dipandang sebagai proses pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam pendekatan ini siswa diajak untuk meningkatakan kreativitas, sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE(2006:1) bahwa STM merupakan an interdisciplinary approach whichreflects the widespread realization that in order to meet the increasingdemands of a technical society, education must integrate acrossdisciplines. Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan STM haruslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagaidisiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai hubungan yang terjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalampengembangan pembelajaran di era sekarang ini.

  1. Belajar Tuntas (Mastery Learning)
a.       Pengertian dan Kriteria Belajar Tuntas
Belajar Tuntas menurut Suryoborto (2008:96) adalah sistem pengajaran yang tepat, semua siswa dapat belajar dengan hasil yang baik dari hampir seluruh materi pelajaran yang diajarkan di sekolah

Menurut S. Nasution (2009:36) Belajar Tuntas adalah proses pembelajaran dengan tujuan bahwa materi pelajaran dapat dikuasai sepenuhnya oleh murid.

Tujuan proses belajar-mengajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Belajar tuntas adalah pencapaian setiap unit bahan pelajaran baik secara perseorangan maupun kelompok atau dengan kata lain penguasaan penuh.

Maksud utama dari belajar tuntas adalah memungkinkan 75% sampai 90% siswa untuk mencapai belajar yang sama tingginya dengan kelompok terpandai dalam pengajaran klasikal. Maksud lain dari belajar tuntas adalah untuk meningkatkan efisiensi belajar, minat belajar, dan sikap siswa yang positif terhadap materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. Oleh karena itu, taraf penguasaan minimal memiliki kriteria yaitu pencapaian 75% dari materi setiap pokok bahasan dengan melalui penilaian formatif, mencapai 60% dari nilai ideal yang diperolehnya melalui perhitungan hasil tes sub-sumatif, dan kokurikuler atau siswa memperoleh nilai enam dalam rapor untuk mata pelajaran tersebut.

Masalah yang sangat penting yang kita hadapi adalah bagaimana usaha kita agar sebagian besar dari siswa dapat belajar dengan efektif dan menguasai bahan pelajaran dan keterampilan-keterampilan yang dianggap esensial bagi perkembangannya.
Bila kita ingin agar seseorang mau belajar terus sepanjang hidupnya, maka pelajaran di sekolah harus merupakan pengalaman yang menyenangkan baginya. Bermacam-macam usaha yang dapat dijalankan yang pada pokoknya berkisar pada usaha untuk memberi bantuan individual menurut kebutuhan dan perbedaan masing-masing. Dalam usaha itu harus turut diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi penguasaan penuh yaitu bakat untuk mempelajari sesuatu, mutu pengajaran, kesanggupan untuk memahami pengajaran, ketekunan, dan waktu yang tersedia untuk belajar.

Cara yang rasanya paling efektif adalah adanya tutor untuk setiap anak yang dapat memberi bantuan menurut kebutuhan anak. Cara ini tentunya mahal sekali dan sukar dilaksanakan di sekolah. Walaupun tidak dapat dilaksanakan atas pertimbangan biaya, namun dapat dijadikan sebagai modal bagi usaha-usaha lainnya. Untuk mencapai penguasaan penuh seperti dilakukan pada apa yang disebut “non-grade school”, yaitu sekolah tanpa tingkat kelas. Sistem ini memungkinkan anak untuk maju terus menurut kecepatan masing-masing.

Dalam usaha mencapai penguasaan penuh perlu diselidiki prasyarat bagi penguasaan itu. Salah satu prasyaratnya adalah merumuskan secara khusus bahan yang harus dikuasai dan tujuan itu harus dituangkan dalam suatu alat evaluasi yang bersifat sumatif agar dapat diketahui tingkat keberhasilan siswa.

b.      Langkah-langkah pembelajaran tuntas (Mastery Learning).
Menurut Joice dan Weil seperti yang dikutip oleh Made Wena (2008:184) menyatakan bahwa pendekatan belajar tuntas (Mastery Learning) terdiri dari 5 langkah atau tahapan :
1)      Orientasi
Pada tahap ini dilakukan penetapan suatu kerangka isi pembelajaran langkah-langkah yang harus dilakukan pada tahapan ini adalah :
a)      Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan syarat-syarat kelulusan.
b)      Menjelaskan materi pembelajaran serta kaitannya dengan pembelajaran terdahulu serta pengalaman sehari-hari siswa.
c)      Guru mendiskusikan langkah-langkah pembelajaran seperti komponen-komponen isi pembelajaran dan tanggung jawab yang diharapkan selama proses pembelajaran.
2)    Penyajian
Pada tahapan ini guru menjelaskan konsep-konsep atau keterampilan baru disertai dengan contoh-contoh. Jika diajarkan berupa konsep baruadalah penting untuk mendiskusikan karakteristik konsep, aturan, defenisi serta contoh konsep.
3)    Latihan terstruktur
Dalam tahapan ini guru memberi siswa contoh praktik penyelesaian masalah berupa langkah-langkah penting serta bertahap dalam penyelesaian suatu masalah / tugas.
4)    Latihan terbimbing
Pada tahapan ini guru memberi kesempatan pada siswa untuk latihan menyelesaikan suatu permasalahan tetapi masih dibawah bimbingan. Dalam tahapan ini guru memberikan beberapa tugas / permasalahan yang harus dikerjakan siswa dalam menyelesaikannya.
5)      Latihan Mandiri
Latihan mandiri dilakukan apabila siswa telah mencapai skor unjuk kerja antara 85 % - 90 % dalam tahap latihan terbimbing. Tujuan latihan mandiri adalah menguatkan atau memperkokoh bahan ajar yang baru dipelajari memastikan peningkatan daya ingat / retensi, serta meningkatkan kelancaran siswa dalam menyelesaikan permasalahan. Kegitan ini dapat dikerjakan di kelas atau berupa pkerjaan rumah. Peran guru dalam tahap ini adalah menilai hasil kerja siswa setelah selesai mengerjakan tugas (secara tuntas).

c.       Kelebihan dan kekurangan belajar tuntas (Mastery Learning).
1)      Kelebihan Belajar tuntas
a)      Memungkinkan siswa belajar lebih aktif, karena memberikan kesempatan mengembangkan diri, dan memecahkan masalah  sendiri dengan menemukan dan memecahkan masalah sendiri.
b)      Sesuai dengan psikologi belajar modern yang berpegang pada prinsip perbedaan individual belajar kelompok
c)      Berorientasi pada peningkatan produktivitas hasil belajar yakni menguasai bahan ajar.
d)     Guru dan siswa bekerja sama secara partisipasif.
e)      Penilaian yang dilakukan mengandung nilai objektivitas yang tinggi karena penilaian dilakukan oleh guru,  teman dan diri sendiri.
f)       Strategi ini tidak mengenal kegagalan siswa, karena siswa yang kurang mampu dibantu guru dan temannya.
g)      Berdasarkan perencanaan sistematik.
h)      Menyediakan waktu berdasarkan kebutuhan msaing-masing individu.
i)        Berusaha menutupi kelemahan-kelemahan strategi belajar yang lain.
j)        Mengaktifkan para guru sebagai guru yang harus bekerja sama secara efektif sehingga proses belajar mengajar dapat dilaksanakan secara optimal.
2)      Kelemahan Belajar Tuntas (Mastery Learning)
a)      Sulit dalam pelaksanaan melibatkan kegiatan.
b)      Guru-guru masih kesulitan membuat perencanaan karena dibuat dalam satu semester.
c)      Guru-guru yang sudah terlanjur menggunakan teknik lama sulit beradaptasi.
d)     Memerlukan fasilitas, dan dana yang cukup besar.
e)      Menentukan para guru untuk lebih menguasai materi lebih luas lagi dari standar yang ditetapkan.
f)       Diberlakukan sistem ujian (UAS atau UASBN) yang menuntut penyelenggaraan program studi pada waktu yang telah ditetapkan dan usaha persiapan siswa untuk menempuh ujian.

5.     Operasi Hitung Bilangan Bulat
a.       Menyelesaikan soal penjumlahan dengan menggunakan sifat asosiatif
Pada soal-soal penjumlahan, penggunaan sifat asosiatif dapat mempermudah mencari hasil yang dicari, contoh :
1.      60 + 95 + 40 = ...
Jawab :
60 + 95 + 40    = 60 + 40 + 95                        Sifat Komulatif
                        = (60 + 40) + 95          Sifat asosiatif
                        = 100 + 95
                        = 195

2.      125 + 75 + 85 = ...
Jawab :
125 + 75 + 85 = (125 + 75) + 85        Sifat asosiatif
                        = 200 + 85
                        = 285
Jadi, 125 + 75 + 85 = 285

b.      Menyelesaikan soal dengan menggunakan sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan, contoh :
1.      4 x (8 + 2)  = ...
Jawab :
Ada 2 cara untuk menyelesaikan soal tersebut
Cara 1 :
4 x (8 + 2)       = 4 x 10            mengerjakan operasi dalam kurung
                        = 40                 terlebih dahulu
Cara 2 :
4 x (8 + 2)       = 4 x 8   +   (4 x 2)       Menggunakan sifat distributif
                        =    32    +       8
                        = 40
2.      (4 + 8) x 5 = ...
Jawab :
Cara 1 :
(4 + 8) x 5       = 12 x 5            mengerjakan operasi dalam kurung
                        = 60                 terlebih dahulu
Cara 2 :
(4 + 8) x 5       = (4 x 5)   +   (8 x 5)    Menggunakan sifat distributif
                        =    20      +       40
                        = 60
Jadi, (4 + 8) x 5 = 60

c.       Menyelesaikan soal dengan menggunakan sifat distributif perkalian terhadap pengurangan, contoh :
1.      6 x (5 – 4) = ...
Jawab :
Cara 1 :
6 x (5 – 4)       = 6 x 1              mengerjakan operasi dalam kurung
                        = 6                   terlebih dahulu
Cara 2 :
6 x (5 – 4)       = (6 x 5)   -   (6 x 4)     Menggunakan sifat distributif
                        =    30      +       24
                        = 6
Jadi, 6 x (5 – 4) = 6

2.      5 x (40 – 6) = ...
Jawab :
Cara 1 :
5 x (40 – 6)     = 5 x 34            mengerjakan operasi dalam kurung
                        = 170               terlebih dahulu
Cara 2 :
5 x (40 – 6)     = (5 x 40)  -  (5 x 6)     Menggunakan sifat distributif
                        =   200      -     30
                        = 170
Jadi, 5 x (40 – 6) = 170
d.      Bentuk umum sifat-sifat pengerjaan hitung adalah sebagai berikut :
1)      Sifat Komutatif (Pertukaran)
a)      komutatif pada penjumlahan, bentuk umum : a + b = b + a
b)      Komutatif pada perkalian, bentuk umum : a x b = b x a
2)      Sifat Asosiatif
a)      Asosiatif pada penjumlahan,
Bentuk umum  : (a + b) + c = a + (b + c)
b)      Asasiatif pada perkalian
Bentuk umum  : (a x b) x c = a x (b x c)
3)      Sifat distributif (Penyebaran)
a)      Distributif perkalian terhadap penjumlahan,
Bentuk umum  : a x (b + c) = (a x b) + (a x c)
b)      Distributif perkalian terhadap Pengurangan,
Bentuk umum  : a x (b - c) = (a x b) - (a x c)
4)      Pembulatan bilangan ke satuan, puluhan, ratusan atau ribuan terdekat
10,3 dibulatkan ke satuan terdekat menjadi 10
19,7 dibulatkan ke satuan terdekat menjadi 20
39 dibulatkan ke puluhan terdekat menjadi 40
32 dibulatkan ke puluhan terdekat menjadi 30
273 dibulatkan ke ratusan terdekat menjadi 300
128 dibulatkan ke ratusan terdekat menjadi 100
1.375  dibulatkan ke ribuan terdekat menjadi 1.000
5.790 dibulatkan ke ribuan terdekat menjadi 6.000

Yang harus diperhatikan dalam pembulatan bilangan ke satuan, puluhan, dan ribuan terdekat adalah sebagai berikut :
a)      Pembulatan ke satuan terdekat
1)      Jika angka persepuluhan kurang dari 5, maka dihilangkan.
2)      Jika angka persepuluhan lebih dari atau sama dengan 5, maka dibulatkan menjadi 1 satuan.
b)      Pembulatan ke puluhan terdekat
1)      Jika angka satuan kurang dari 5, maka dihilangkan.
2)      Jika angka satuan lebih dari atau sama dengan 5, maka dibulatkan menjadi 1 puluhan.
c)      Pembulatan ke ratusan terdekat
1)      Jika angka puluhan kurang dari 5, maka dihilangkan.
2)      Jika angka puluhan lebih dari atau sama dengan 5, maka dibulatkan menjadi 1 ratusan.
d)     Pembulatan ke ribuan terdekat
1)      Jika angka ratusan kurang dari 5, maka dihilangkan.
2)      Jika angka ratusan lebih dari atau sama dengan 5, maka dibulatkan menjadi 1 ribuan.

H.      Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Melalui pendekatan belajar tuntas (Mastery Learning) hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Talangpadang meningkat




II. METODE PENELITIAN

I.       SETTING PENELITIAN
Penenlitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 2 Talangpadang semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012. Jumlah siswa kelas V sebanyak Sebelum mendefinisikan tentang hasil belajar siswa, ada baiknya terlebih dahulu penulis paparkan tentang definisi belajar. Menurut pandangan awam belajar adalah kegiatan seseorang yang tampak dalam wujud duduk di kelas, mendengarkan guru yang sedang menerangkan, menghafal / mengerjakan kembali apa yang telah di peroleh di sekolah. Mereka memandang belajar adalah semata – semata mengumpulkan/ menghafalkan fakta – fakta yang terjadi dalam materi pelajaran.

Menurut Tambrani Rusyan dan Atang kusdianar (1994:12) untuk menghindari persepsi yang sederhana mengenai belajar dan beberapa ahli memberikan definisi yang lebih lengkap yang tidak hanya sekedar memandang belajar sebagai proses tranformasi pengetahuan dan siswa adalah sebagai obyek pendidikan seperti botol kosong yang kemudian di isi dengan konsep-konsep. Tapi, belajar adalah proses yang memungkinkan barbagai potensi yang ada pada anak didik dalam berinteraksi secara aktif dengan guru, berinteraksi dengan anak didik lain, berinteraksi dengan fakta-fakta yang muncul atau dengan lingkungan belajar sebagai satu kesatuan.

Dalam hal ini anak didik adalah subyek pendidikan, sehingga ia dituntut untuk selalu secara aktif dalam kegiatan belajar – mengajar.

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan (1998:185) menyebutkan bahwa belajar adalah : ”[v] (1) berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu (2)berlatih: (3) berubah tingkah laku atau tanggapan yg disebabkan oleh pengalaman”

Banyak para ahli telah mengemukakan pendapat mengenai belajar. Roestiyah N.K Roestiyah NK, (1986:141) mengatakan bahwa belajar itu sendiri adalah proses aktivitas yang dilakukan yang dapat membawa perubahan individu. Crow & crow dalam roestiyah N.K. mengemukakan pengertian belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaaan, pengetahuan dan sikap.

Selanjutnya menurut Oemar Hamalik (1983:21), belajar adalah suatu bentuk perubahan atau pertumbuhan dalam diri seseorang yang dinyatakan dengan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan.

Dikemukakan oleh Sardiman A.M. (1990:23) bahwa Belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko fisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu usaha seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan meliputi perubahan aspek kognitif, afektif dan psikomotor, dan perubahan itu diperoleh dari latihan atau pengalaman dari lingkungan.

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu.

Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu :
a.       Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar. Misalnya, seorang siswa sedang belajar tentang matematika. Dia menyadari bahwa dia sedang berusaha mempelajari tentang matematika. Begitu juga, setelah belajar Matematika dia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan Matematika.
b.      Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya.
c.       Perubahan yang fungsional.
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang.
d.      Perubahan yang bersifat positif.
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan
e.       Perubahan yang bersifat aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan.
f.       Perubahan yang bersifat pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya.
g.      Perubahan yang bertujuan dan terarah.
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
h.      Perubahan perilaku secara keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya.

Perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk : Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan sebagainya.

Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah.

Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran.

Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan vertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.

1.      Hasil Belajar
Hasil belajar , kata – kata ini sering kita dengarkan pada kehidupan sehari – hari yang penggunaannya diidentikkan pada peolehan hasil suatu pekerjaan atau kegiatan yang baik istilah hasil belajar biasanya digunakan untuk menunjukkan suatu pencapaian atau keberhasilan dalam tujuan yang di butuhkan suatu rencana strategi. Termasuk di sini dalam mencapai hasil belajar. Disini adalah suatu rencana dalam suatu proses / (secara tiba – tiba) tetapi memerlukan kerja yang giat. Untuk lebih jelasnya diperlukan keterangan dan ahlinya, maka disini ada beberapa keterangan dari beberapa ahli diantaranya :
1.      W.J.S. Poerwadarminta (1999:768), menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).
2.      Syaiful Bahri D jamarah (1994:32) : “prestasi atau hasil belajar adalah hasil usaha yang maksimal dari suatu kegiatan yang telah diciptakan, dikerjakan, yang menyenangkan hati baik secara individu maupun kelompok dalam bidang tertentu”.
3.      Surratinah Tirtonegoro : “ hasil belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk syimbol, anagak , huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu, yang merupakan hasil yang dicapai, dilakukan atau dikerjakan”.


Dari beberapa pengertian diatas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pengertian hasil belajar yaitu hasil usaha yang dicapai dari usaha yang maksimal yang dikerjakan seseorang setelah mengalami proses belajar mengajar tau setelah mengalami proses interaksi dengan lingkungannya guna memperoleh ilmu pengetahuan dan akan meninmbulkan perubahan tingkah laku yang bersifat relative menetap dan tahan lama.

Adapun fungsi hasil belajar adalah sebagai berikut :
1)      sebagai alat memotivasi setiap siswa agar lebih giat belajar baik secara individu karena hasil belajar akan menjadi optimal kalau motivasi, makin dapat dapat motivasi yang diberikan akan makin berhasil pula pelajaran itu, oleh karena itu motivasi tidak dapat dipisahakan dari aktivitas siswa, siswa tidak akan mempelajari sesuatu bila tidak menyentuh kebutuhannya, kebutuhan dan motivasi adalah dua hal yang saling berhubungan sebab hidup pada dasarnya tidak dapat terlepas dari kebutuhan. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik, dengan kata lain dengan usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat hasil belajar yang baik.
2)      Hasil belajar sebagai hasil penilaian. Penilaian atau evaluasi merupakan salah satu kegiatan yang menjadi kewajiban bagi setiap guru.

  1. Faktor-Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Secara global, faktor – faktor hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni :
3.      Faktor internal ( dari dalam individu siswa)
a)    Faktor jasmaniah yang terdiri dari:
3)      Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian–bagiannya bebas dari penyakit. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing dan badannya lemah, agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin.
4)      Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan, misalnya buta, tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain- lain.
b.    Faktor psikologis
Yang termasuk dalam faktor ini antara lain :
6)      Intelegensi
Menurut heindenrich intelegensi yakni menyangkut kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha penyesuaian terhadap situasi – situasi yang kurang dikenal, atau dalam pemecahan masalah – masalah (Drs.Wasty soemanto ; 1990:134). Siswa yang belajar seringkali  menghadapi situasi – situasi baru serta permasalahan. Hal tersebut memerlukan kemampuan individu siswa untuk menyesuaikan diri serta memecahkan setiap permasalan yang akan di hadapi. Bila siswa tidak dapat menggunakan intelegensinya denga baik maka pencapaian hasil belajar akan terpenuhi. Oleh sebab itu intelegensi sangat berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar.
7)      Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relative tetap terhadap objek orang ,barang, dan sebagainya baik secara positif maupun negatif.
8)      Bakat (aptitude), bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar. Karena bakat merupakan kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Oleh sebab itu siapaun tidak dapat memaksakan kehendaknya terhadap orang lain.
9)      Minat (interest) siswa yakni kegairahan dan kecenderungan siswa yang tinggi atau kenginan yang besar terhadap sesuatu. Jika siswa tidak memiliki minat dalam belajar maka untuk mencapai pemahaman terhadap materi pelajaran sangat sulit. Untuk itu minat termasuk dalam faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
10)  Motivasi adalah keadan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi dapat di bedakan menjadi dua: motivasi instrinsik ialah hal dan keadan berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tidakan belajar. Yang kedua motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.
4.      Faktor eksternal (dari luar individu siswa)
Faktor eksternal siswa terdiri dari dua macam yakni :
a)    Faktor non sosial
Menurut Muhibbin Syah  (2004:138) Adapun faktor non sosial adalah berupa lingkungan alam, seperti suhu, udara, keadaan cuaca, dan sebagainya. Termasuk juga alat – alat pelajaran / media belajar seperti alat – alat belajar, gedung sekolah dan lain – lain yang mana faktor ini sangat berpengaruh pada tingkat hasil belajar siswa.
b)   Faktor sosial
Faktor sosial adalah faktor manusia yang berhubungan manusia dengan manusia yang dalam hal ini termasuk lingkungan hidup dimana anak berbeda satu dengan yang lain. Yang termasuk faktor ini  antara lain:
1)      Faktor lingkungan keluarga
2)      Faktor lingkungan sekolah
3)      Faktor lingkungan masyarakat

Dukungan moral dalam masyarakat berarti untuk menghindari hal–hal yang menghambat keberhasilan proses belajar misalnya : kerukun ananatar warga,  keadaan atau kebiasaan warga yang bersifat positif, kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat, dan lain lain. Dukungan materiil masyarakat yang berupa materi untuk pembangunan gedung sekolah, penyediaan fasilitas – fasilitas atau sarana sarana tambahan misalnya pembangunan lapangan olah raga, pembangunan tempat ibadah dan lain–lain. Erat hubungan sekolah dari masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan disekolah dan memberi semangat kepada siswa untuk giat belajar.

7.    BELAJAR TUNTAS (Mastery Learning)
1.      Pengertian dan Kriteria Belajar Tuntas
Belajar Tuntas menurut Suryoborto (2002:96) adalah sistem pengajaran yang tepat, semua siswa dapat belajar dengan hasil yang baik dari hampir seluruh materi pelajaran yang diajarkan di sekolah

Menurut S. Nasution (2009:36) Belajar Tuntas adalah proses pembelajaran dengan tujuan bahwa materi pelajaran dapat dikuasai sepenuhnya oleh murid.

Tujuan proses belajar-mengajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Belajar tuntas adalah pencapaian setiap unit bahan pelajaran baik secara perseorangan maupun kelompok atau dengan kata lain penguasaan penuh.

Maksud utama dari belajar tuntas adalah memungkinkan 75% sampai 90% siswa untuk mencapai belajar yang sama tingginya dengan kelompok terpandai dalam pengajaran klasikal. Maksud lain dari belajar tuntas adalah untuk meningkatkan efisiensi belajar, minat belajar, dan sikap siswa yang positif terhadap materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. Oleh karena itu, taraf penguasaan minimal memiliki kriteria yaitu pencapaian 75% dari materi setiap pokok bahasan dengan melalui penilaian formatif, mencapai 60% dari nilai ideal yang diperolehnya melalui perhitungan hasil tes sub-sumatif, dan kokurikuler atau siswa memperoleh nilai enam dalam rapor untuk mata pelajaran tersebut.

Masalah yang sangat penting yang kita hadapi adalah bagaimana usaha kita agar sebagian besar dari siswa dapat belajar dengan efektif dan menguasai bahan pelajaran dan keterampilan-keterampilan yang dianggap esensial bagi perkembangannya.

Bila kita ingin agar seseorang mau belajar terus sepanjang hidupnya, maka pelajaran di sekolah harus merupakan pengalaman yang menyenangkan baginya. Bermacam-macam usaha yang dapat dijalankan yang pada pokoknya berkisar pada usaha untuk memberi bantuan individual menurut kebutuhan dan perbedaan masing-masing. Dalam usaha itu harus turut diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi penguasaan penuh yaitu bakat untuk mempelajari sesuatu, mutu pengajaran, kesanggupan untuk memahami pengajaran, ketekunan, dan waktu yang tersedia untuk belajar.

Cara yang rasanya paling efektif adalah adanya tutor untuk setiap anak yang dapat memberi bantuan menurut kebutuhan anak. Cara ini tentunya mahal sekali dan sukar dilaksanakan di sekolah. Walaupun tidak dapat dilaksanakan atas pertimbangan biaya, namun dapat dijadikan sebagai modal bagi usaha-usaha lainnya. Untuk mencapai penguasaan penuh seperti dilakukan pada apa yang disebut “non-grade school”, yaitu sekolah tanpa tingkat kelas. Sistem ini memungkinkan anak untuk maju terus menurut kecepatan masing-masing.

Dalam usaha mencapai penguasaan penuh perlu diselidiki prasyarat bagi penguasaan itu. Salah satu prasyaratnya adalah merumuskan secara khusus bahan yang harus dikuasai dan tujuan itu harus dituangkan dalam suatu alat evaluasi yang bersifat sumatif agar dapat diketahui tingkat keberhasilan siswa.

2.      Variabel Strategi Belajar Tuntas
Berdasarkan penemuan, John Carrol (dalam Suryosubroto, 2002: 102) merumuskan bahwa belajar tuntas ditentukan oleh variabel-variabel sebagai berikut :
b.      Bakat (Attitude)
Bakat adalah sejumlah waktu yang diminta oleh siswa untuk mencapai penguasaan suatu tugas pelajaran.
    1. Ketekunan (Perseverance)
Ketekunan sebagai waktu yang diinginkan oleh siswa untuk belajar.
    1. Kualitas pengajaran (Quality of Instruction)
Kualitas pengajaran ditentukan oleh unsur-unsur tugas belajar. Yang perlu diperhatikan adalah mengembangkan metode-metode mengajar yang sesuai dengan kebutuhan dan kreativitas siswa secara individual sehingga dapat menghasilkan tingkat penguasaan bahan yang hampir sama pada semua siswa yang berbeda-beda bakatnya.
d.      Kemampuan untuk menerima pelajaran (Ability to Understand Intsuction)
Kesanggupan atau kemampuan untuk memiliki dan memahami pelajaran berkaitan erat dengan kemampuan untuk mengerti bahan lisan dan tulisan. Kemampuan untuk mengerti bahan lisan erat dengan hasil guru, sedangkan kemampuan untuk mengerti bahan tulisan (kemampuan membaca) banyak ditentukan oleh cara penyusunan buku. Untuk itu guru perlu memperhatikan kebutuhan siswa sehingga hasil yang ia capai berada pada jangkauan kemampuan pengertian siswa.
e.       Kesempatan yang Tersedia untuk Belajar (Time Allowed for Learning)
Alokasi waktu tiap bidang situasi telah ditentukan dalam kurikulum yang tentunya telah disesuaikan dengan kebutuhan waktu belajar siswa dan perkembangan jiwanya.

3.      Ciri-ciri Belajar Mengajar Dengan Prinsip Belajar Tuntas
a.       Pengajaran didasarkan atas tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditentukan terlebih dahulu.
Ini berarti bahwa tujuan dari strategi belajar mengajar adalah agar hampir semua siswa dapat mencapai tingkat penguasaan tujuan pendidikan.
b.      Memperhatikan perbedaan individu
Yang dimaksud dengan perbedaan disini adalah perbedaan siswa dalam diri serta laju belajarnya.
c.       Evaluasi dilakukan secara kontinyu dan didasarkan atas kriteria
Evaluasi dilakukan secara kontinyu (continuous evaluation) ini  diperlukan agar guru dapat menerima umpan balik yang cepat/segera, sering dan sistematis. Evaluasi mengenal 2 macam bentuk yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
d.      Menggunakan program perbaikan dan program pengayaan.
Program perbaikan dan program pengayaan adalah sebagai akibat dari penggunaan evaluasi yang kontinyu dan berdasarkan kriteria serta pandangan terhadap perbedaan kecepatan belajar mengajar siswa dan administrasi sekolah.
e.       Menggunakan prinsip siswa belajar aktif
Cara belajar demikian mendorong siswa untuk dapat mengembangkan ketrampilan kognitif. Ketrampilan “manual” kreativitas dan logika berpikir.
f.       Menggunakan satuan pelajaran yang kecil
Pembagian unit pelajaran menjadi bagian-bagian kecil ini sangat diperlukan guna dapat memperoleh umpan balik secepat mungkin.

8.    Pecahan
b.      Pengertian Pecahan
Bilangan pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk  dengan a,b € B (bilangan bulat) dan b ≠ 0, pada pecahan , a disebut pembilang (numerator) dan b disebut penyebut (denominator).
c.       Jenis–Jenis Pecahan
J.       Pecahan biasa (pecahan murni) adalah pecahan yang pembilangnya kurang dari penyebutnya atau a < b . Contoh : ,  
K.    Pecahan campuran adalah pecahan yang terdiri atas bilangan bulat dan pecahan biasa atau a > b . Contoh : = =1;=2
L.     Pecahan desimal. Secara umum dapat ditulis a, b dimana a disebut bagian bulat dan b disebut bagian decimal.
M.   Pecahan senilai yaitu pecahan yang mempunyai nilai yang sama jika pembilang dan penyebutnya dari suatu pecahan tersebut dikalikan atau dibagi dengan nilai yang sama selain bilangan nol. Contoh : == dan seterusnya
N.    Persen adalah pecahan seperseratus atau pecahan yang penyebutnya bilangan 100. Contoh : 70 % =
O.    Permil adalah pecahan perseribu atau pecahan yang penyebutnya 1000. Contoh : 35 ‰ =
d.      Menyederhanakan Pecahan
Pecahan  dengan b ≠ 0 dapat disederhanakan dengan cara membagi pembilang dan penyebut dengan FPB (faktor persekutuan terbesar) dari pembilang dan penyebut pecahan tersebut (FPB dari a dan b ).
Contoh  : ==
e.       perubahan pecahan ke bentuk yang lain
a.       pecahan campuran menjadi pecahan biasa dan sebaliknya
a)      Pecahan campuran menjadi pecahan biasa
Pecahan campuran  dengan c ≠ 0 dapat diubah menjadi pecahan biasa dengan cara
Contoh :
b)      Pecahan Biasa Menjadi Pecahan Campuran
Pecahan , dengan a > b dan b ≠ 0 dapat dinyatakan sebagai pecahan campuran dengan cara membagi a dengan b . Hasil pembagian tersebut terdiri atas bilangan bulat dan sisanya sebagai bentuk bilangan pecahan.
Contoh :                                        atau
b.      Bentuk Pecahan Menjadi Bentuk Persen dan Sebaliknya
untuk setiap pecahan , dengan b ≠ 0 dapat dinyatakan dalam bentuk persen dengan cara x100%  = , sedangkan untuk pecahan campuran diubah dahulu dalam bentuk pecahan biasa.
Contoh :          === 30 %
                        30 % ===

f.       Operasi Hitung pada Pecahan
a.       Penjumlahan
Adapun langkah–langkah alam penjumlahan bilangan pecahan :
P.      Jika penyebutnya sama, jumlahkan penbilang–pembilangnya.
Q.    Jika penyebutnya tidak sama, samakan dahulu penyebutnya dengan menentukan      KPK    dari      penyebutnya    itu,       kemudian jumlahkan pembilangnya.
R.     Jika  pecahan  campuran,  jumlahkan  bagian  bilangan  bulat  dengan bilangan bulat dan bagian pecahan dengan pecahan.
Contoh : += ;         +=+==
b.     Pengurangan
Adapun langkah–langkah dalam pengurangan bilangan pecahan :
S.      Mengubah dua pecahan sedemikian rupa sehingga penyebutnya sama
T.      Setelah penyebutnya sama kurangkanlah pembilangnya.
U.    Jika  pecahan  campuran,  kurangkan  bagian  bilangan  bulat  dengan bilangan bulat dan bagian pecahan dengan pecahan

c.     Perkalian
Adapun langkah–langkah dalam pekalian bilangan pecahan  :
a.       Mengalikan  pembilang  dengan  pembilang  kemudian  mengalikan penyebut dengan penyebut.
b.      Jika pecahan campuran diubah dulu menjadi pecahan biasa kemudian dilakukan perkalian seperti pecahan biasa.
d.    Pembagian
Adapun langkah–langkah dalam pembagian bilangan pecahan:
a.       Membalik pecahan yang kedua dan seterusnya, pembilang menjadi penyebut dan penyebut menjadi pembilang
b.      Kalikan pecahan yang pertama dengan pecahan kedua setelah dibalik.
c.       Jika pecahan campuran diubah dulu menjadi pecahan biasa kemudian dilakukan pembagian seperti pecahan biasa.
g.      Pemangkatan dan Penarikan Akar Bilangan Pecahan
a.       Definisi
Untuk sebarang bilangan a berlaku a n     axaxaxax...xa , sebanyak n faktor
Pemangkatan  bilangan  pecahan  sama  artinya  melakukan  perkalian bilangan  pecahan  secara  berulang  sebanyak  bilangan  pangkatya.  Untuk pecahan campuran harus diubah dahulu menjadi pecahan biasa. Sedangkan untuk  menarik  akar  bilangan  pecahan  sama  artinya  menarik  akar  dari masing–masing pembilang dan penyebutnya
h.      Bentuk baku bilangan pecahan
a.       Untuk menuliskan bilangan lebih dari 10 dengan cara a x 10 n dengan 1 a 10 dan n bilangan asli.
b.      Untuk menuliskan bilangan antara 0 dan 1 dengan cara a x 10 n dengan 1 a 10 dan n bilangan asli.

V.       Hipotesis
Hipotesis berasal dari dua kata ”hypo” yang artinya dibawah” dan ”thesa” yang  artinya   kebenaran[1]. Jadi  hipotesis  adalah  dugaan  sementara  tentang kebenaran mengenahi  hubungan dua variabel atau lebih, ini berarti dugaan itu bisa benar atau juga salah tergantung peneliti dalam mengumpulkan data sebagai hipotesis yang telah dirumuskan adalah:
W.   Menerima  keputusan  seperti  apa  adanya  seandainya  hipotesisnya  tidak terbukti.
X.    Mengganti  hipotesisnya  seandainya  melihat  tanda–tanda  bahwa  data  yang terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H0  : ρ 0 , tidak ada hubungan antara kecerdasan emosi siswa dengan hasil belajar siswa pada pokok bahasan pecahan
H1  : ρ 0 , ada hubungan antara kecerdasan emosi siswa dengan hasil belajar siswa pada pokok bahasan pecahan.



[1] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, yogyakarta, Rineka Cipta,2002 hal 71